INI TULISAN ALUMNI ANGKATAN 1974 SEBAGAI AKTIVIS PRAMUKA GUDEP MALANG KODYA 67 ... SAMUDRO :
Tanggal dan bulannya sudah lupa tapi harinya masih ingat pasti
Sabtu-Minggu, karena ada acara Perkemahan PRAMUKA Sabtu-Minggu (PERSAMI)
untuk tingkat penggalang. Acara ini dilaksanakan oleh Kwarcab Kodya
Malang tahun 1972, di lapangan sepak bola jalan Tenis – jalan Kawi
(stadion luar) Malang. Dekade tahun 70an Kwarcab Malang sering
mengadakan kegiatan Persami, ajang aktivitas pertemuan pramuka tingkatan
penggalang. seluruh Malang. Gudep Malang Kodya A 67/68 korps
Abdurachman Saleh dari SMP Negeri V Malang salah satu gudep pramuka ikut
memeriahkan acara ini dengan mengikutsertakan 6 regu putra-putri dalam
kegiatan Persami. Setiap Gudep biasanya mempunyai satu regu andalan
beranggotakan 10 penggalang terpilih. Regu ini diberi nama hewan untuk
putra atau bunga/ tanaman untuk putri, sengaja dipilih nama regu yang
keren dibanggakan untuk dapat meraih prestasi menjuarai lomba pada
kegiatan persami. Waktu itu terkenal beberapa gudep dengan regu faforit
seperti Regu Wau-Wau, Regu Elang, Regu Badak, regu Singa, Regu Cobra dll
Namun pada kegiatan Persami kali ini Gudep A 67/68 menampilkan nama
regu yang tidak lazim, dipilih nama Regu AMUBA, nama binatang kecil
tidak berbentuk beraturan dan tidak membanggakan, tidak sangar, gagah ,
galak, tapi yang pasti dengan nama hewan kecil ini Regu AMUBA diharapkan
mampu berprestasi di ajang persami, mampu membikin mules regu favorit
Gudep terkenal yang lain di Kodya Malang. Regu AMUBA memilih bendera
regu berkain dasar warna putih polos biasa dengan gambar hewan amuba
seperti bentuk bunga atau tangan berjari lima. Tongkat regu dipakai
bekas antena alkom tank kavaleri menjulang tinggi (mungkin ada anggota
regu yang bapaknya di Yonkav). Sehingga kalau ada panggilan
Tit....Tit....Tit.....TIIIIIIIt berulang kali (3 kali nada pendek dan 1
kali nada panjang) yang berarti ketua regu harus berkumpul di tenda
sekretariat panitia. Hal seperti ini menyolok sekali, ketika ketua regu
berbaris berjajar dihadapan pantia, tampak bendera Regu Amuba terlihat
menjulang paling tinggi. Demikian juga dengan tenda regu yang dipakai,
Regu AMUBA menggunakan tenda berwarna putih bekas parasut cadangan
penerjun (sumbangan dari TNI AU Lanud Abdurachman Saleh) tenda berbentuk
kerucut terpancung dengan satu tiang bambu berdiri di tengah, cukup
praktis mendirikannya, seperti bentuk Wigwam suku Indian, mampu
menampung tidur 10 orang beralaskan tikar plastik yang sekaligus tenda
berfungsi seperti rumah, ada penyimpanan barang, tempat tidur, dapur
masak. Ketua regu Amuba waktu itu sengaja dipilih sdr. Sukoco, meski
waktu itu dia sudah siswa SMA Islam, namun masih bersedia memakai celana
pendek berlaku sebagai Pramuka tingkatan penggalang, memimpin
anggotanya rata-rata anak kelas 2 dan 3 SMP. Sukoco yang badannya kekar
memakai seragam Pramuka penggalang dengan bersepatu bola lengkap dengan
kaos kaki panjangnya, dia cukup lincah lari di lapangan sepak bola
stadion luar ini tanpa takut terpeleset. Maklum suasana persami diguyur
hujan waktu itu sehingga lapangan bola menjadi becek. Anggota regu ada
Norman – anak batak Malang pinter Morse, Mufid – anak Rampal bagian tali
menali, Rudi Kedawung - bagian masak, Boy Zainudin anak Patimura –
lincah pinter olah raga basket, sepak bola, Saiful Bachri – berbadan
tinggi besar, karateka bertenaga kuat, Toyip – perenang, pinter smafore,
Kukuh, Lutfi dan beberapa teman lain. Acara persami semacam ini bagi
anggota Pramuka Malang merupakan ajang pertemuan, saling asah, uji
ketrampilan, keahlian, persandian, kesenian dan pelajaran kepramukaan
lain. Melalui kegiatan perlombaan mulai P3K membuat tandu, membaca
sandi, menerima berita dengan morse dan smafore, ketrampilan tami
menali, mengukur jarak, tinggi pohon, lebar sungai, sampai menampilkan
kesenian diacara api unggun dan kedisiplinan serta kebersihan tenda,
lomba memasak nasi goreng dll semua wajib diikuti setiap regu. Oleh
karenanya kekompakan anggota regu, keahlian masing-masing personil regu
serta tetap menjaga kesehatan anggota dan logistik serta kelengkapan
regu menjadi strategi dan pemikiran yang harus difokuskan untuk mencapai
kebanggaan kemenangan. Khusus perlombaan olah raga pada persami kali
ini ada satu olah raga – Karapan sapi, disini 2 anggota sebagai penghela
dan 1 anggota sebagai sais. Empat potong bambu disusun dan diikat kuat
menggunakan tali membentuk seperti huruh A. Dua potongan bambu tegak
sebagai kakinya diikat dengan lengan atas bambu ditarik oleh penghela
kanan dan kiri. Sedangkan Sais naik di lengan bawah struktur bambu
tersebut. Dengan kekuatan penuh dua penghela menarik struktur bambu
berpenumpang berlari setengah panjang lapangan bola. Ibarat lomba
karapan sapi. Sukoco dan Saiful Bachri sebagai penghela dan Boy Zainudin
sebagai penumpang sais. Puncak acara yang ditunggu-berlangsung dengan
sistem gugur, Regu AMUBA akhirnya masuk final akan bersaing dengan 6 tim
Gudep lain. Persiapan lomba final karapan sapi dimulai, begitu bendera
start dikibarkan, Sukoco dan Saiful Bachri menghela karapan berlari
cepat, sudah hampir mendekati garis finish, tiba-tiba Regu AMUBA
terjatuh dan Boy Zainudin penumpang sais ikut jatuh. Malang tidak dapat
ditolak, dalam kecelakaan ini lengan Boy patah dan harus dibawa ke rumah
sakit, harapan juara ke 1 lomba karapan sapi punah sudah. Pada acara
penutupan Persami Pramuka Malang Kodya, semua regu berbaris berjajar
berkumpul semua. Sebelum upacara penutupan pada kesempatan itu
dibacaikan pengumuman peringkat juara-juara ke 1,2 dan 3 setiap materi
lomba. Beberapa materi lomba Regu AMUBA mendapat juara, dan dari total
nilai yang didapat Regu AMUBA akhirnya dapat meraih juara umum ke 3
diantara puluhan regu peserta seluruh Malang. Pengorbanan Sukoco, Boy
Zainudin dkk turut membanggakan korps Abdulrachman Saleh A 67/86.
Semangat, keahlian, kekompakan dan kedisiplinan regu dikala itu akan
tetap menjadi pemicu sikap tauladan kita pada anak cucu mendatang.
(Memori Regu Amuba – Odok (Samudro)/ A 67)
0 komentar:
Posting Komentar